Bulan Maret tahun depan, Shafira akan
berulang tahun yang ke-30. Sebagai rangkaian acara menuju ultahnya, Shafira
bekerja sama dengan Komunitas ISB mengadakan gathering blogger bertema
“Inspiring Journey” di Twins House Cipete pada tanggal 23 Agustus 2018. Acaranya
sangat bagus lho gengs, bersama kak Dini Fitria sebagai Mc, Inspiring Woman Kak
Nadiah Fatimah (Lupus Survivor) dan Workshop Photography dengan Mas Yogie Bowie
dan tak lupa Shafira dengan mini show koleksi busananya.
Sebagai perusahan busana muslim pertama di
Indonesia, Shafira terus berinovasi hingga masih tetap eksis sampai sekarang.
Shafira berdiri pada tahun 1989 dengan Ibu Feny Mustafa sebagai founder dan President of Commisioner Shafira Corporation. Wah
umurku sama dengan Shafira dong gengs.
Melalang buana di dunia fashion muslim selama
hampir 30 tahun, membuat Ibu Feny Mustafa memiliki keyakinan bahwa Indonesia
dengan keberagaman budaya dan selera fashion yang tinggi bisa membawa negara
muslim terbanyak ini menjadi kiblat fashion dunia. Visi ini akhirnya ditularkan
Ibu Feny kepada para designer Indonesia lainnya hingga tercetus tahun 2020
Indonesia akan menjadi kiblat fashion muslim dunia. Spirit ini juga yang aku
rasakan saat hadir di acara Jakarta Modest Fashion Week beberapa waktu lalu.
Kak Seli, Marcom Shafira |
Untuk mencapai visi tersebut, maka Shafira juga
memulai #Journeytoworldclassfashion dengan mengikuti berbagai ajang fashion
week bergengsi di dunia internasional. Tak hanya itu brand premium ini bekerja
sama dengan Swaroski sehingga koleksi baju Shafira terlihat lebih elegan dan
bersinar.
Pada tahun 2015, Shafira sukses
berpartisipasi pada Couture Fashion Week di New York. Tema yang dibawakan yaitu
“When West Meet West”. Perpaduan Songket tradisional Silungkang yang berasal
dari Sumatera Barat dan taburan kristal Swaroski yang berkilauan berhasil memukau
para bule.
Songket Silungkang berwarna abu - abu |
Detail kristal Swaroski |
Selanjutnya di tahun 2017, Shafira ikut dalam
Sparkling Couture di Dubai. Shafira merupakan satu – satunya dari Indonesia
yang menjadi perwakilan Asia untuk kategori fashion busana. Tema yang dibawakan
yaitu “Majestic Shafira”. Baju mewah nan cantik yang dihiasi puluhan ribu kristal
swaroski.
Koleksi terbaru Shafira pada tahun 2018,
terinspirasi dari Jalan Braga di Bandung dan diberi nama “Ngabraga”. Ngabraga
adalah sebutan orang Sunda jaman dulu untuk ajakan jika ingin jalan – jalan ke
Braga. Koleksi yang ditampilkan bergaya vintage tahun 20-an dengan warna beige,
coklat, putih dan bergaya maskulin dengan aksen bordir.
Kerudung organza khusus yang lentur dan tidak licin dengan bordir bunga secantik mojang bandung |
Bekerja sama dengan swaroski, Shafira
mengeluarkan kerudung dengan sentuhan personal touch. Kamu bisa memesan
kerudung dengan inisial namamu yang ditulis dengan Kristal Swaroski. Kerudung
yang digunakan adalah kerudung segiempat bahan satin.
Nama tertera di bagian belakang kerudung |
Kemudian acara dilanjutkan dengan berbagi
kisah inspirasi dari Kak Nadiah Fatimah. Beliau adalah seorang lupus survivor.
Kak Nadiah menceritakan tentang penyakit yang dideritanya dan juga caranya
hijrah menuju jalan Allah.
Lupus atau penyakit seribu wajah adalah
penyakit yang menyerang autoimun seseorang. Jika pada kondisi normal system
imun bekerja untuk melindungi dari infeksi, namun pada penderita lupus system
imun justru menyerang tubuhnya sendiri. Lupus dapat menyerang
berbagai bagian dan organ tubuh seperti kulit, sendi, sel darah, ginjal,
paru-paru, jantung dan otak. Penyebab terjadinya penyakit lupus hingga saat ini
belum diketahui. Sebagian besar orang yang memiliki penyakit lupus adalah
wanita, hal ini disebabkan karena kromosom gen yang dimiliki oleh wanita.
Sebelumnya kak Nadiah
adalah seseorang yang aktif dan bekerja sebagai seorang LO. Dengan rutinitas
mengurus schedule para artis hingga artis dunia membuat kak Nadiah harus pergi
ke tempat – tempat yang tidak disukai Allah. Hal ini membuat kak Nadiah
berpikir, walau setiap hari tetap melaksanakan shalat tapi kenapa masih
mendatangi tempat seperti itu ?
Singkat cerita akhirnya
kak Nadiah hijrah, meninggalkan pekerjaan tsb dan mulai berbenah diri mendekat
kepada Allah. Kak Nadiah meminta kepada Allah agar diberikan kesempatan untuk
merasakan nikmat Iman. Lalu kak Nadiah mantap berhijrah, menggunakan hijab dan
menikah tanpa proses pacaran. Tepat di malam pertama pernikahan, Allah memberi
kado special. Pada malam itu, maka aktiflah penyakit lupus. Tiba – tiba saja
kaki bengkak, persendian mulai sakit dan muncul ruam – ruam di tubuh.
Penyakit lupus yang
diderita kak Nadiah cukup parah, dalam waktu 2 minggu penyakit tersebut sudah
menjalar ke otak. Hal ini menyebabkan bagian pinggang ke bawah kak Nadiah
lumpuh. Bahkan dokter mendiagnosa umur kak Nadiah hanya tinggal 6 bulan saja. Kak
Nadiah sempat merelakan suami jika ingin melakukan poligami. Namun tak disangka
sang suami malah menolak tawaran
tersebut dan meninggalkan semua pekerjaan dan fasilitas lainnya di Belanda.
Beliau fokus merawat istri tercinta dengan tangannya sendiri.
Disaat seperti ini kak
Nadiah muhasabah diri dan tetap bersyukur. Inilah jawaban doa kak Nadiah.
Kenikmatan iman dan terus menerus mendekatkan diri kepada Allah. Mungkin
penyakit ini bisa sebagai penghapusan dosa masa lalu kak Nadiah yang sering
melangkah ke tempat yang tidak disukai Allah. Kak Nadiah juga bersyukur walau
sekarang ia lumpuh tapi selama 27 tahun lalu ia masih bisa merasakan nikmat
bisa berjalan dengan kedua kakinya sendiri.
Dengan kuasa Allah, maka
tepat di bulan kesebelas, kak Nadiah mulai bisa merasakan kembali jari kakinya.
Ini adalah sebuah keajaiban, melalui berbagai tahap terapi akhirnya kak Nadiah
bisa berjalan normal kembali sekarang. Tak hanya sampai disitu, Allah juga
memberikan keajaiban kembali yaitu dengan hadirnya seorang anak bernama Aisyah.
Kehamilan dengan penyakit lupus memiliki resiko sangat tinggi. Penyakit ini
bisa menyerang si bayi maupun si ibu hingga berujung pada kematian. Kun
fayakun, penyakit lupus kak Nadiah aktif kembali setelah Aisyah terlahir ke
dunia. Jadi selama kehamilan penyakit tsb tertidur.
Hingga saat ini kak
Nadiah terus berproses hijrah, memperbaiki diri terus menerus. Kak Nadiah juga
mengikuti kelas online Bengkel Diri yang digagas oleh Ummu Balqis. Oooouuchh
ternyata kita satu almamater kak. Hanya saja kita berada di kelas yang berbeda.
Pantas saja saat ngobrol bareng, kata – kata motivasi hijrahnya hampir sama
dengan kata – kata Ust. Meti dan Ummu. Peluk erat kak Nadiah, pantas saja Ummu
pernah mention bahwa kak Nadiah ini adalah sosok wanita hebat. Tak hanya hebat
namun kisahnya juga sangat menginsprasi. Tepat sekali Shafira menunjuk beliau
sebagai pembicara, sesuai dengan temanya Inspiring Journey.
Acara selanjutnya adalah
workshop photography bersama kak Yogie Bowo.
Pada sesi ini tidak banyak berbicara tapi kami langsung diajarkan untuk
praktek. Kami diajak ke luar ruangan dan memilih spot untuk foto. Pada timku,
uni dzalika sebagai model berpose duduk di taman. Kak Yogie menjelaskan secara
singkat tentang komposisi yang baik. Jika model melihat ke arah kiri maka space
kosong berada di arah sebelah kiri juga. Perhatikan angle model.
Hasil praktek workshop dengan Uni Dzalika sebagai model |
Tak terasa waktu sudah
menunjukkan pukul 14.00, pertanda acara sudah harus selesai. Huuuaaa senang
sekali bisa datang ke acara ini. Thank you Shafira dan Komunitas ISB. Berfaedah
dunia akhirat, semoga berkah dan rejeki kalian semakin lancar, aamiin.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar