2 hari sebelum berangkat aku
selalu lihat – lihat penginapan di Booking.com dan Trivago. Karena tempat
wisata utama yang ingin sekali aku kunjungi adalah The Blue Mosque, jadi aku
mencari hotel di sekitaran The Blue Mosque. Harga range hotel di sekitaran sini
ternyata sangat bervariatif mulai dari yang sangat murah hingga kelas bintang
5. Akupun selalu bertanya kepada mbak Sinta dan juga Ergin (orang Turki asli)
tentang hotel x tahu tidak, atau lokasi hotelnya di jalan xxxx bagus tidak ?
Respon mereka sih bagus, positif walau mereka tidak benar – benar tahu beberapa
nama hotel yang aku tanyakan. Mereka hanya tahu sekitaran situ memang bagus
untuk turis.
Lobby di hotel Marinem |
Akhirnya aku memutuskan untuk booking di hotel XXXXX. Harga yang ditawarkan $35/malam dan dapat breakfast. Terletak di daerah kawasan Sultan Ahmet jadi kalau mau berkunjung ke The Blue Mosque hanya tinggal jalan kaki 5 menit saja. Pak Suami juga setuju karena dia pikir daerah dekat masjid besar pasti lebih religious. Foto – foto dan berbagai testimoni dari trivago juga bagus bahkan ratenya juga bagus.
Flight kami tiba di Turki jam 8
malam, namun ternyata antri keluar imigrasinya sangat lama. Padahal kami sudah
memakai E-Visa. Ternyata antrian untuk masuk ke bagian imigrasinya digabung dengan
pemegang visa VOA. Baru setelah masuk ke area imigrasi, kita langsung menuju
loket yang khusus pemegang E-Visa. Total kami menunggu hampir 2 jam lho ! Lalu
ada drama koper kami semua hilang di bandara. Koper kami tidak ada di bagasi.
Bolak – balik mencari koper, mengurus ke bagian kehilangan, jalan kesana, oper
kesitu ternyata koper kami ditemukan begitu saja di tengah jalan. Padahal kami
sudah 4x melewati tempat itu, sudah 2x berdiri di line bagasi pesawat kami.
Tiba – tiba koper kami ada di antar line 19 dan line 20, line 19 adalah bagasi
pesawat yang kami tumpangi Maroko – Turki. Sepertinya ada seseorang yang baru
menaruhnya kembali di tempat sedia kala mungkin? Setelah kami cek,
alhamdulillah tidak ada barang apapun yang hilang dari koper kami.
Kami baru bisa keluar jam 10
malam. Kami akan dijemput oleh Mbak Sinta dan suaminya yang orang Turki asli.
Mbak Sinta ini temannya teman kami. Kami belum pernah bertemu sebelumnya. Aku
belum bisa menghubungi mbak Sinta karna wifi bandara sedang error. Pak suami
juga tidak bisa menghubungi mbak Sinta padahal kartu Maroc nya sudah diisi
pulsa roaming dari Maroko. Alhasil Pak suami benar – benar panik, kalau dia
udah panik dan bete alhasil dia jadi seperti cewek kalau lagi PMS, bawaannya
pengen marah – marah mulu hahahaa. Nanti kita gimana ke hotelnya? Udah jam
segini, malam banget aman gak? Kamu janjian sama mbak Sinta di mana? Dia pakai
baju apa, kamu bilang nggak ke dy kamu pakai jaket hitam bulu – bulu ? dan bla
bla bla lainnya. Kami coba beli kartu turki yang ternyata harganya mahal sekali
boookk. Satu kartu seharga 125 TL atau setara dengan Rp 500.000 dan mbak
penjualnya tidak info dong ke kita kalau kartu itu baru bisa aktif setelah satu
jam. Kebayang nggak gimana tambah betenya pak suami? Malah jadinya dia beli
satu kartu lagi dengan garansi saat itu juga, detik itu bisa langsung dipakai.
Saat sedang menunggu registrasi
ada seorang pria Turki mendekati kami dan menanyakan kami apakah kami dari
Maroko? Indonesia? Alhamdulillah dia adalah suami mbak Sinta. Sungguh kami
benar – benar minta maaf dengan mereka dan sangat tidak enak dengan mereka.
Teryata mereka telah menunggu di bandara sejak jam 6 sore. Wooww !!! Karena
sangat tidak enak, kami berencana ingin mentraktir mereka makan malam. Kami
diajak ke mall dan makan di restoran turki. Taunya malah mereka yang bayarin
kita. Duh ! Malu banget nggak sih. Kita Tarik – tarikan uang lho di meja makan
pas mau bayar. Akhirnya pelayan restoran bilang maunya menerima kartu, jadi aku
menyerah. Hmmm udah dikasih kode mungkin sama mbak Sinta ya.
Selesai makan, kami diantar
menuju hotel kami. Suami mbak sinta sungguh terkejut saat kami mulai mencari –
cari lokasi hotel kami. Dia bilang lokasi hotel kami sepertinya tidak bagus.
Jalan yang kami lalui merupakan jalan dimana banyak orang – orang rese
berkeliaran. Kamipun berhenti di sebuah gang. Suami mbak sinta mengajak suamiku
untuk turun mengecek dulu hotelnya sebelum check in. Boom !! Ternyata rating
yang bagus tidak menjamin pemirsa ! Hotel itu bersebelahan dengan Gypsi Bar dan
kemungkinan hotel kami itu seperti hotel ecek - ecek (you know what i mean, right?) yang semalam harganya hanya Rp
100.000. Whaatt ?? How disgusting is that?? Beruntung sekali kami booking hanya
dengan email tapi belum bayar dengan kartu kredit.
Waktu menunjukkan jam 11 malam.
Kami akhirnya mencari hotel baru. Mau nangis rasanya, sungguh bersyukur banget
ditolong oleh Allah. Suami mbak sinta ini super baik dan sabar. Beliau akhirnya
membawa kami ke daerah Al-Fatih. Disini banyak penginapan dengan harga rate
yang sama dengan hotel sebelumya. Suami mbak sinta dan suamiku masuk keluar ke
beberpaa hotel menanyakan apakah masih ada kamar kosong sedangkan aku dan mbak
sinta melihat – lihat booking.com. Kebanyakan hotel menawarkan harga yang jauh
berbeda dari harga online. Harga online Rp 300.000-an tapi on the spot bisa
sampai sejuta. Whaatt? Sampai akhirnya kami menemukan The Marinem Hotel. Hotel
ini tidak membedakan harga online dan on the spot. Bahkan kami mendapatkan
upgrade gratis kamar hanya karena kami datang as honeymoon couple (padahal
bukan pasutri baru juga sih ya hehe). Harga per malamya $30/malam dan juga
mendapat breakfast. Waktu berpamitan dengan mbak sinta, aku memelukknya sangat
erat bahkan hampir meneteskan air mata. Kami benar – benar sangat berterima
kasih kepada mereka. Jika tidak ada mereka entah bagaimana nasib kita di Turki.
Tapi kok yaa baik banget lho mereka mau jemput kami di bandara dan bersedia
mengantar kami ke hotel, padahal rumah mereka beda arah dengan hotel kami.
Apalagi mereka sudah menunggu dari jam 6 sore lho. Apalagi anak mereka yang
masih kecil selalu telepon menanyakan kapan ibunya pulang. Tidak ada yang bisa
kami lakukan untuk membalas kebaikan kalian, kami hanya berdoa agar Allah membalas kebaikan kalian. Mbak Sinta
bilang karena kita bersaudara, setanah air Indonesia. Dia membantu kami karna
sama-sama perantau di negara orang.
The Marinem Hotel Istanbul,
itulah nama hotel kami. Kami check in jam 12 malam. Walau sudah sangat malam,
kami masih mendapat welcome drink berupa teh hangat turki yang sangat enak.
Jamuan teh ini bisa merilekskan pikiran kami yang daritadi sudah pusing dan
lelah perjalanan jauh.
Staff hotel disini sangat ramah
dan helpful. Ada kejadian tidak menyenangkan, saat aku hendak memakai handuk
hotel, aku melihat ada bercak darah pada handuk. Entah bercak darah apa, haid
atau malam pertama? I don’t know. Akupun complain ke resepsionis. Pak
resepsionis bilang akan diganti dan mempersilahkan kami untuk breakfast dahulu.
Jadi nanti selesai breakfast udah selesai masalahnya. Okay kami pun naik ke
lantai atas untuk breakfast.
Menu breakfast di Hotel Marinem |
Breakfast disediakan di rooftop
hotel. Ada bagian yang indoor dan ada yang outdoor. Selesai makan di indoor
kami biasanya menuju outdoornya karena disini banyak burung camar yang sedang berjemur.
Kamu juga bisa memberi mereka makan dari roti – roti kering sisa makanan saat
breakfast. Hotel di sekitaran sini tidak terlalu tinggi bangunannya. Kalau
tidak salah hotel kami hanya ada 4 tingkat. Hal ini merupakan peraturan daerah
setempat, tidak boleh ada bangunan yang tinggi karena dikhawatirkan
menutupi bangunan dari objek wisatanya.
Well breakfast yang disediakan ke eropa-eropaan. Intinya kami gak doyan
hahahahhaa eh kecuali pak suami yang makan telor rebus. Aku perhatikan
sekeliling. Semua yang menginap disini adalah para couple, mau itu couple muda,
honeymoon ataupun couple sudah berumur yang merayakan anniversary honeymoon
mereka.
Saat breakfast |
Selesai breakfast kami langsung
menuju kamar. Kamar kami masih sama seperti kami tinggalkan, tidak ada tanda –
tanda seperti ada orang yang habis membereskan kamar. Tak lama kemudian bel
kamar berbunyi. Ibu manager hotel datang meminta maaf langsung, lalu 2 ibu –
ibu dengan sangat cepat mengganti semua seprei, sarung bantal, semua handuk dan
sweeping semua sudut kamar. Ternyata mereka sengaja menunggu kami selesai makan
dan kembali ke kamar sehingga kami bisa melihat langsung kamarnya dibersihkan.
Kamar kami berada di lantai 1.
Tidak terlalu sempit dan masih bisa untuk shalat berjamaah. Kamar kami
dilengkapi dengan heater otomatis. Pada kamar mandi terdapat hair dryer
(penting banget ini), air panas dingin, dan shower. Di dalam kamar terdapat TV
dan lemari ukuran sedang. Overall kamarnya bersih tidak terdapat debu yang
menempel di meja dan sela - sela meja pertanda berarti kamarnya sering
dibersihkan berarti banyak tamu yang berkunjung kesini. Sayang sekali aku lupa
tidak mengambil foto di dalam kamar karena setiap kali masuk kamar sudah lelah
habis jalan – jalan sih yaa.
Lobby hotel Marinem. Di sebelah kirinya merupakan mini bar. |
Sambil menunggu Jennifer (adiknya
mbak sinta) yang akan menemani kami keliling Istanbul hari ini, kami memutuskan
untuk berjalan sebentar keliling hotel. Area sekitar kami ternyata banyak hotel
dan juga butik – butik. Uniknya adalan butik – butik ini ada yang berada di
bawah jalan. Jadi walau butiknya terdiri dari beberapa lantai tapi pintu utama
masuknya adalah turun ke bawah jalan trotoar.
Ternyata letak Marinem Hotel
cukup strategis. Letaknya dekat dengan stasiun tram, tempat pemberhentian bus
dan stasiun metro. Jadi buat kamu backpacker yang selalu naik angkutan umum ini
sangat pas sekali. Bahkan kalau kamu jalan beberapa blok dari hotel kamu akan
menemukan restoran yang selalu ramai dan harganya sangat murah dibanding dengan
restoran lainnya. Well lebih cocok disebut warteg sih karena kita pesannya tinggal
tunjuk di layar kaca (ala warteg) mau yang mana hehehe. Oia yang paling penting
disini ada sambelnya lho dan rasanya pedes banget ! Persis seperti sambel kita
orang Indonesia. Padahal yang punya orang Turki asli hehee. Makanan yang
disajikan juga bervariasi, mulai dari khas turki, pasta sampai pizza.
Lobby hotel. Di belakangku ada beberapa kursi massage |
Tidak ada komentar :
Posting Komentar