Happy Birthday to myself. Ulang
tahun kali ini sungguh berbeda. Bulan Mei yang selalu aku tunggu dengan
perasaan deg – degan menanti kejutan apa yang akan dihadirkan oleh suamiku kini
menjadi tak ada lagi. Aku tetap bersyukur karena begitu banyak rejeki, hikmah
dan hidayah yang aku terima setahun ini.
Pertama, kau menghadiahiku dengan
liburan ke Turki. Kami liburan ke Turki pada bulan April dan menjadi early
birthday gift buatku. Kenangan ini sungguh berharga buatku. Ini merupakan
holiday pertama dan terakhir buat kami. Beliau itu pekerja keras dan sibuk
sekali. Hampir seluruh waktunya dia dedikasikan untuk bekerja. Makanya jarang
sekali bisa liburan berdua bebas, apalagi destinasinya adalah Turki, tempat
yang sudah lama sekali ingin aku datangi bahkan dari jaman gadis dulu.
Pantas saja saat di Turki kamu begitu cerewet menyuruhku untuk ngevlog. Padahal aku tidak ingat dengan kamera saking asyiknya dengan keindahan Turki. Ternyata ini firasatmu yaa sayang agar liburan kita terdokumentasi dengan baik, kenangan indah terjaga dengan apik. Bahkan 3 hari sebelum kamu meninggal, kamu memaksaku untuk menyelesaikan editan vlog secepat mungkin. Bahkan aku sampai ditungguin editnya, padahal biasanya kalau kamu sudah ada di rumah aku harus jauh – jauh dari segala gadget dan fokus dengan kebersamaan kita. Sampai aku tidak sadar kamu merekamku diam – diam saat aku sibuk berkutat dengan editan di laptop.
Di candid saat aku ditungguin disuruh selesaikan editan vlog Turki sekarang juga |
Liburan kami ke Turki memang sungguh aku syukuri karena tanpa campur tangan Allah mustahil kami bisa pergi kesana. Sempat tidak jadi dan tarik ulur sama suami akhirnya Allah memberikan solusi yang diluar dugaan kami. Drama sebelum keberangkatan kami ke Turki aku tulis di post buah dari ikhlas, langsung dibayar kontan sama Allah.
Kedua, saat di Turki dari Grand
Bazaar menuju hotel, kami lakukan dengan berjalan kaki menyusuri gang – gang yang
dipenuhi oleh butik – butik. Pak suami selalu berhenti sejenak di display butik
perhiasan. Bukan sembarang perhiasan, tapi perhiasan berkilau yang sungguh
menyilaukan. Diamonds everywhere.
“Bagus – bagus banget say kok
beda ya sama yang di Indo. Sini sayang liat, coba pilih yang mana”, katanya
dengan semangat.
Mendengar kata – katanya yang
tertarik dengan perhiasan aku langsung deg – degan. Takut dia minta masuk ke
dalam butik. Okay aku tahu diri harga perhiasan itu pasti sangatlah mahal. Aku
bukan tipe orang yang masuk ke suatu toko, tidak berniat membeli dan cuma tanya
– tanya saja. Jadi ya aku tidak mau diajak masuk untuk melihat – lihat ke
dalam. Eh ya tapi dia masuk lho ditemani oleh bule yang juga sehotel dengan
kami dan hari itu kami berkeliling Istanbul bersama mereka.
“Yah say, ukurannya enggak ada
yang kecil, besar semua. Oia say, kamu bawa atm BCA kan ya? Kayanya cashku
kurang, mesti gesek. Bisa kan ya?”
Okay aku cuma senyum aja
jawabnya. Padahal dalam hati seriously? Budget ke Turki aja kamu awalnya berat
karena mahal. Ini kok tiba – tiba kepengen beli berlian lagi.
Pak suami itu kalau sudah
kepengenan, mesti diturutin dan pasti serius. Iya beneran dia bolak – balik
perhatiin display toko berlian. Pokoknya tiap ada toko berlian itu pasti
disamperin sama dia. Aku mah apa, cuma berani liatin di displaynya aja.
“Kenapa c say serius banget
liatin perhiasan?”, tanyaku akhirnya penasaran.
“Perhiasan di Turki kualitasnya
beda sama yang di Maroko dan Indo say. Aku kepengen kamu punya deh”, jawabnya
dengan mimik muka meyakinkanku.
“Aaah mahal say, lagian kan aku
udah punya diamond juga dari kamu. Cukup say”, jawabku sambil mengenggam
tangannya menjauh dari toko berlian.
“Gpp say, ini buat kado ultahmu
bulan mei besok”, jawabnya sambil kecup pipiku.
“Eh, kado? Lho bukannya ini jalan
– jalan ke Turki kadonya ya?”, tanyaku sambil setengah kaget
“Iyaa ini jalan – jalan ke Turki
sama cincin yaa nanti kado buatmu”
“Gak usah say, nanti tabungan
kita makin menipis gimana”
“Gpp say, emang udah diniatin.
Itu rejeki kamu”
“Ya Allah say, banyak bangeeet
aahh kadonya. Maaciihh”, kataku dengan semangat sambil peluk suami dengan erat.
Setelah cari sana – sini tidak
juga menemukan ukuran cincin yang pas. Akhirnya kami memutuskan untuk memesan
saja cincinnya dengan ukuran jari yang sesuai dengan jariku. Desain cincinnya
pun mas surat yang pilihkan. Okay, dia sibuk dan detail maunya begini – begini.
Kali ini aku manut aja sama keinginan suamiku. Padahal biasanya ibu – ibu ya
yang sibuk milih perhiasan ini mah malah suaminya hehehee.
Karna ini hadiahnya special jadi
harus sesuai dengan keinginan beliau katanya. Well memang aku sadar banget,
sebagai pekerja buruh kasar barang ini begitu special. Dibelakangnya ada jerih
payah, banting tulang, peluh kesah dan tetesan keringat. Ia menginginkan selalu
yang terbaiklah yang diberikan kepada istrinya. Aku tidak pernah menuntut untuk
dibelikan perhiasan – perhiasan atau barang lainnya. Dulu jika aku sedang kritik pak suami
weekendpun harus kerja, pak suami sering bercanda menyanyikan lagu wali
untukku, pergi kerja untuk membeli sesuap nasi dan sebongkah berlian. Ternyata
hal itu terwujud. Tak pernah terpikirkan oleh kita sama sekali. Bahwa ia
sanggup membelikannya untuk sang istri, tak hanya sekali bahkan dua kali,
bahkan ia sendiripun punya untuknya. Aku bukan riya yaa guys, aku cuma mau
sharing lagi – lagi kekuatan bersyukur maha dahsyat yang Allah tunjukkan lewat
perantara suamiku. Sekali lagi aku bersyukur pernah memiliki suami yang begitu
sayang kepadaku.
Cincin pesanan suami jadi setelah
ultahku. Kami memutuskan untuk mengirimnya ke alamat rumah kami di Jakarta.
Sayangnya kamu tidak sempat memakaikan cincin ini langsung ke jariku. Aku
pulang ke Jakarta bersama dengan dirimu yang sudah menjadi jenazah. Lihat
sayang, cincin ini begitu indah. Kilauan berliannya sangat silau putih bersih,
seputih ikhlas cintamu kepadaku.
So kado terkahirku darimu berupa liburan
dan cincin ini begitu special dan memorable. Tak ada yang bisa aku lakukan
untuk membalasnya kecuali dengan doa – doa untukmu. Ya Allah terimalah pahala
dan doa – doaku untuknya. Aamiin.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar