Alhamdulillah aku mendapatkan kesempatan langka untuk merasakan meriahnya perayaan Idul Adha di negara islam yaitu Maroko. Big thanks kepada keluarga Sara yang udah ajak aku dan suami ikut merasakan semua ini layaknya kami adalah keluarga mereka.
Disekitaran apartemen memang ada masjid, namun untuk shalat hari raya besar seperti ini, sepertinya orang - orang berkumpul di satu area. Kami shalat di lapangan besar, super besar sampai aku tidak melihat mana imamnya.Oia lebaran Idul Adha di sini adalah hari raya besar atau seperti Lebaran Idul Fitri di Indonesia. Saat Idul Adha semua mudik kembali ke rumah orang tua masing - masing dan libur yang diberikan juga lumayan panjang yaitu 2 minggu. Sedangkan Idul Fitri di Maroko hanya libur 2 hari. Kebalikannya dari Indonesia yaaa.
Balik lagi ke shalat Idul Adha. Aku shalat di atas batu kerikil dan hanya beralaskan sajadah yang tipis. Jujur shalatku jadi tidak khusyuk karna menahan rasa sakit apalagi saat duduk tahiyad. Hanya beralaskan kerikil, aku jadi teringat Indonesia. Di negaraku ini jika shalat hari raya Idul Adha pasti membludak jemaahnya dan beberapa jemaah harus rela shalat di luar masjid. Namun panitia sudah menyediakan terpal bahkan juga dibangun tenda. Tujuannya adalah agar jemaah shalat dengan tenang dan rapi shafnya. Sayangnya terkadang kita tidak bersyukur atau sekedar mengucapkan terima kasih kepada merbot masjid yang sudah bangun lebih pagi untuk menyiapkan itu semua. Disini, untuk shaf aku agak sedikit bingung. Karna selama perjalanan menuju lapangan, di sekitaran trotoar itu sudah banyak sekali jamaah yang menggelar sajadah mereka. Jamaah pria semua. Lalu saat aku masuk ke area lapangan, dekat gerbang berjejer jamaah wanita. Kalau dipikir - pikir berarti posisi shafku ini menjadi lebih depan dibanding shaf jemaah para pria yang berada di trotoar. Kalau suamiku posisi shalatnya lebih jauh lagi ke depan katanya.
Posisiku shalat tak jauh dari gerbang. Posisi sajadah memang sangat rapat sekali, kanan kiri depan belakang. Nah jangan heran kalau sandal ibu - ibu di sebelah kamu ada di atas sajadah kamu. Kenapa tidak ditaruh di atas sajadahnya sendiri? Karena di sajadahnya sudah ada anak kecil umur 1 tahun yang duduk. Ia membawa anaknya shalat. Saat anaknya nangis, si ibu ini tetap shalat dengan menggendong anaknya. Pemandangan yang baru ini aku rasakan. Yess bikin aku awalnya juga jadi gak konsen.
Mayoritas penduduknya memang muslim. Namun beberapa hari sebelum Qurban, aku tidak melihat ada kambing, domba maupun sapi di area jalan - jalan. Jual beli hewan Qurban ada tempat khususnya yaitu pasar hewan. Hewan - hewan inipun baru diantar kepada pembeli saat malam takbir sebelum Qurban atau saat selesai shalat Idul Adha. Warga di apartemen melakukan Qurban di roof top apartemen. Sekarang aku baru tahu kenapa di roof top ada banyak keran air di setiap sisi.
Siapa yang berqurban, dia juga yang menyembelih. Memang ada tukang jagal tapi bayarannya mahal. Biasanya sang bapak yang menyembelih. Sang ibu membersihkan isi perut domba. Kemudian anak dan bapak yang menguliti daging. Semua dilakukan sendiri. Mulai dari menyiapkan tali untuk diikat, asah pisau masing - masing, mengambil air, menyiapkan ember wadah jeroan dan kepala domba, sampai sikat untuk membersihkan darah domba di lantai roof top. Setelah itu sang bapak akan membopong hewan Qurban kembali ke apartemennya. What ? Dagingnya dibawa masuk lagi ke dalam apartemen? Yess dagingnya tidak langsung dipotong - potong melainkan digantung di dapur untuk dijemur dahulu baru kemudian dipotong - potong dan disimpan di freezer.
Setelah mendapat cerita dari bapak staf KBRI yang sudah 23 tahun bertugas di Maroko, makna Qurban di Maroko berbeda dengan di negara kita. Pasti kalian sering lihat kan saat hari raya Idul Adha banyak orang yang 'mengaku' dirinya miskin sehingga mendatagi langsung masjid untuk meminta jatah daging Qurban. Ironisnya terkadang mereka datang dengan motor gede ataupun penampilan nyentrik. Menurutku orang - orang yang seperti itu masih bisa dikategorikan mampu. Tidak hanya itu terkadang mereka 'muter' ke beberapa masjid. Bapak ke masjid A, ibu ke masjid B, kakak ke masjid C dan adik ke masjid D. Di Maroko, semua orang qurban. Tak terkecuali kamu pejabat atau cuma tukang sapu jalanan. Kamu akan sangat malu jika tidak berqurban. Tidak punya uang bukanlah alasan. Banyak semisal koperasi simpan pinjam khusus Qurban. Itulah mengapa daging qurbannya dibopong kembali masuk ke dapur. Mau dikasih ke sapa? Wong semua juga melaksanakan Qurban kok.
Kalau di Indonesia saat malam takbir mama sudah menyiapkan opor, ketupat sama rendang, di Maroko makan - makan besarnya dilakukan setelah qurban. Yups jadi menunya menggunakan daging yang baru dipotong. Siang hari setelah qurban, menu pertamanya adalah sate ati dan lemak domba. Semua orang di apartemen melakukan hal yang sama, bakar - bakar sate di halaman rumah. Well apartemen agak sepi karna beberapa ada yang mudik.
Sore harinya kami berkunjung ke rumah uyutnya Sara untuk memakan makanan khas Maroko yang wajib ada kalau setiap lebaran yaitu Kuskus. Kuskus ini terdiri dari nasi jagung, sayuran, buah - buahan dan ditengahnya terdapat daging domba yang empuk banget ! Enak lho ! Ini cara masaknya dikukus, sepertinya gampang ya buatnya hehehee (sok tahu). Setelah makan - makan, para pria keluar rumah untuk ngopi dan merokok di cafe. Dilarang keras merokok di dalam rumah, kalau mau merokok ya tempatnya di cafe sambil ngopi. Lalu para wanita dan anak kecil menari di ruang tamu. Tariannya susah bok! Bagi aku yang kaku dan ga bisa goyang pinggul, ini dewa banget deh skill nya. Susah banget ! Eh tapi goyang pinggul ini hanya boleh dilihat oleh wanita lho ya, kalau ada pria atau anak kecil laki - laki langsung berhenti lho menarinya.
Sebelum magrib, kami menghabiskan waktu saling chit chat di taman. Rumput hijau di taman ini memang asyik buat sekedar piknik kecil keluarga. Ada air mancur besar di sebelah taman. Namun anak - anak disini tidak ada yang main basah - basahan di arena tsb. Aku tidak tahu apa memang dilarang atau tidak. Aku perhatikan memang ada 2 polisi berjaga di dekat air mancur tsb. Kalau di Summarecon Bekasi, arena air mancur seupil aja yang main basah - basahan banyak banget anak kecilnya hehehee.
Baju khas Maroko yang lucu banget dipakai sama para krucils. Gemes gak sih liatnya ??
Keesokan harinya, aku diantarkan makanan khas Maroko lagi ke rumah. Kali ini menunya Tagine (baca:tajin). Waahh ini nih masakan kesukaan aku. Kalau kalian jalan - jalan ke Maroko, wajib banget coba menu tagine. Tagine bisa dari ayam, ikan atau domba seperti ini.
Berikut vlog saat Idul Adha di Maroko :
Keesokan harinya, aku diantarkan makanan khas Maroko lagi ke rumah. Kali ini menunya Tagine (baca:tajin). Waahh ini nih masakan kesukaan aku. Kalau kalian jalan - jalan ke Maroko, wajib banget coba menu tagine. Tagine bisa dari ayam, ikan atau domba seperti ini.
Bumbunya meresap sampai ke dalam. Dagingnya pun sangat empuk |
Berikut vlog saat Idul Adha di Maroko :